Jati doreng adalah salah satu jenis jati yang cukup menarik untuk dibahas. Beberapa orang menyebut varian ini cantik, namun yang lain menganggapnya perlu di-bleaching. Manakah pandangan yang benar?
Tectona grandis atau jati adalah salah satu jenis kayu tropis yang terkenal. Kayu jati disukai karena indah, mudah dikerjakan, tahan lama, dan juga kuat. Banyak pengusaha furniture Indonesia yang bisa meraih untung milyaran rupiah dengan ekspor furniture kayu jati ke Eropa dan Amerika Serikat.
Namun demikian, penggunaan jati yang demikian masif kadang kala menimbulkan dilemma. Di Myanmar, misalnya, Yangoon membatasi penjualan jati karena banyaknya ilegal logging yang dilakukan di negeri tersebut.
Untungnya, Indonesia termasuk salah satu negara yang cukup waspada dengan demand yang begitu tinggi. Oleh karena itulah, pemerintah lewat Perhutani telah melakukan budidaya jati. Meski, tak bisa dimungkiri bahwa seiring berjalannya waktu, supply kayu ini semakin sulit untuk dipenuhi.
Simak Juga :
Tips! Gunakan Pengawet Kayu Jati Dengan Aplikasi yang Fleksibel
Waspadai Kayu Doreng Saat Musim Hujan, Atasi dengan Produk Ini
Jati yang Beragam
Sebagai salah satu jenis material yang disukai, kayu jati memiliki banyak kelebihan. Bahkan kayu jati juga memiliki sub-varian yang beragam. Beberapa sub-varian tersebut antara lain:
- Werut, yang teksturnya keras dengan serat berombak
- Sungu, yang memiliki pola hitam dengan bobot yang berat
- Lengo, yang terasa lebih licin ketika diraba
- Kembang, yang pola seratnya paling rumit sekaligus indah
- Kapur, yang warnanya keputihan
Di luar kelima sub-varian tersebut, terdapat pula jenis jati yang kerap disebut dengan istilah jati doreng. Seperti apa ya karakteristik sub-varian tersebut?
Doreng dan Kemungkinan Penyebabnya
Doreng dapat diartikan sebagai suatu sifat atau kondisi yang dicirikan dengan karakter kehitaman atau munculnya pola dengan warna lebih gelap. Dengan demikian, jati yang doreng bisa dikatakan sebagai jati yang tampilannya tampak memiliki pola serat kehitaman.
Fenomena tersebut memantik rasa penasaran banyak orang sejak dulu. Hingga kini, teori terbentuknya pola doreng menyebutkan beberapa alasan penyebabnya, yaitu:
- Faktor genetik
Adanya aksen kehitaman bisa jadi dikarenakan kelainan genetik. Akibat gen (DNA dan RNA) yang memberi kode enzim atau hormon yang mempengaruhi warna kayu. Namun, untuk membuktikan bahwa doreng bersifat genetis ataupun tidak, kita bisa melihat kondisi anakan pohon jati doreng terkait. Bila anakan pohon jati tersebut menghasilkan tampilan serupa, bisa jadi fenomena doreng itu memang disebabkan faktor genetik.
- Faktor penyakit
Munculnya pola atau area kehitaman juga bisa disebabkan oleh kerusakan dan penyakit. Serangan hama, misalnya, dapat membuat metabolisme pohon tidak berjalan dengan semestinya. Alhasil perubahan warna yang tak biasa akan terjadi.
Selain hama, kerusakan dan penyakit pada pohon juga bisa disebabkan karena patahnya bagian-bagian pohon, misalnya bagian cabangnya. Kondisi ini menyebabkan perbedaan pada tampilan pohon.
- Faktor lingkungan dan perawatan
Faktor lingkungan dan perawatan mencakup kondisi tanah, pemberian pupuk, hingga paparan sinar matahari. Bagaimanapun juga, suatu pohon pasti akan dipengaruhi hal-hal tersebut. Baik kayu jati yang ditanam manusia maupun yang tumbuh di alam liar.
Jati Doreng: Bagus atau Cacat?
Munculnya tampilan doreng seringkali menuai pro kontra. Beberapa kalangan menganggap jati dengan tampilan doreng adalah jenis yang buruk. Fenomena seperti itu dianggap abnormal yang akan menurunkan kualitas kayu jati itu sendiri.
Sementara itu, bagi sebagian yang lain, doreng justru dianggap indah. Jati dengan tampilan tersebut akan menghasilkan tampilan dengan estetika yang tinggi.
Lantas mana di antara kedua pandangan ini yang benar? Jawabannya tergantung masing-masing orang. Masalah estetika, misalnya adalah pandanga subjektif orang per orang, sehingga jika Anda bermaksud membuat mebel doreng, tentu tak ada salahnya. Pun begitu dengan mereka yang punya pandangan untuk menghilangkan doreng pada jati terlebih dahulu.
Bleaching Jati Doreng untuk Penyeragaman
Sebagaimana disebut di atas, munculnya tampilan doreng memang bisa memberikan nilai khas tersendiri. Namun, kadang kala fenomena ini menyulitkan pengerjaan kayu, bahkan meski kita menganggapnya menarik sekali pun.
Hal ini disebabkan karena tampilan doreng cenderung tidak seragam. Warna hitamnya juga mungkin tak cocok dengan finishing yang ingin diterapkan. Oleh sebab itul, dalam situasi seperti ini, diperlukan penggunaan bleaching.
Terlepas dari namanya, bleaching kayu tidak dimaksudkan untuk membuat kayu berwarna putih. Bleaching biasanya ditujukan untuk:
- Mencerahkan tampilan kayu sehingga lebih mudah dicat
- Menyamarkan noda, misalnya noda blue stain
- Menyeragamkan warna kayu
Dalam kasus kayu jati doreng, bleaching akan membuat material kayu lebih seragam, sehingga cocok untuk kebutuhan industri pembuatan produk dalam jumlah besar.
Hindari Menggunakan Bleaching Hidrogen Peroksida
Bleaching hidrogen peroksida sebenarnya termasuk salah satu jenis bleaching yang cukup populer. Namun, bleaching ini cenderung sangat toksik dan membahayakan. Hasil aplikasinya pun umumnya kurang natural.
Untuk kebutuhan bleaching kayu jati doreng, kami menyarankan penggunaan White Agent 250 (WA-250). Bleaching ini punya keunggulan dalam beberapa hal berikut.
- Tingkat keamanan yang jauh lebih baik dibanding hidrogen peroksida
- Mudah digunakan tak tergantung sinar matahari
- Hasil natural dan ideal
Nah, buat Anda yang tertarik dengan WA-250 sebagai bahan bleaching, dapat menghubungi kontak kami yang tertera di website ini